Identifikasi bentuk lahan untuk pemetaan bentuk lahan menggunakan landsat 8 OLI dan Citra Alos Palsar Level L1T. Indentifikasi tersebut dilakukan melalui proses digititasi secara visual. Skala pemetaan yang digunakan yaitu 1 : 50.000, terdapat 34 kelas yang dihasilkan. Identifikasi bentuk lahan tersebut pada citra yang dilihat yaitu aspek tekstur, kerapatan pola alir, topografi, vegetasi dan kemiringan lereng, hal tersebut dikarenakan aspek – aspek tersebut merupakan aspek yang dapat dikenali didalam citra untuk mengetahui bentuklahan yang ada. Bentuklahan yang dihasilkan dari proses interpretasi secara visual Kabupaten Pangandaran didominasi oleh bentuk lahan asal proses solusional, sehingga bentuk lahan karst dan turunannya banyak terdapat pada daerah tersebut. Hal tersebut didukung dengan adanya bentukan kubah karst yang terlihat jelas di kenampakan citra utamanya pada Kecamatan Cimerak.
Data uji akurasi bentuklahan mendapatkan hasil yang tidak semuanya sesuai dengan klasifikasi bentuklahan pada peta tentative. Beberapa contohnya yaitu terdapat area yang terklasifikasi sebagai dataran alluvial pantai di peta, namun keadaan sesungguhnya
menunjukan area tersebut merupakan peralihan perbukitan karst dan dataran alluvial. Hal
tersebut dapat terlihat dari jenis tanahnya yang merupakan tanah alluvial berpasir dengan kandungan kapur didalamnya. Lokasi uji akurasi lainnya yang berbeda dengan bentuk lahan pada kenampakan
di
citra yaitu pada beting gisik yang diklasifikasikan
gisik pada peta.
Lokasi tersebut memiliki permasalahan yang hampir sama dengan lokasi sebelumnya yaitu pada
daerah peralihan antar dua bentuklahan yang berbeda. Perbedaan kenampakan bentuklahan pada peta dengan kenyataan dilapangan utamanya di lokasi – lokasi peralihan,
diakibatkan
oleh
kecilnya skala peta yang digunakan sehingga menimbulkan kesalahan interpretasi pada
citra yang ada.
Hasil data lapangan uji akurasi digunakan sebagai data acuan untuk melakukan proses klasifikasi ulang peta bentuk lahan yang dibuat berdasarkan interpretasi citra secara visual.
Terdapat 9 titik
sampel dari 47
titik yang ternyata
tidak sesuai
dengan hasil
yang ada
dilapangan sehingga tingkat akurasi dari peta bentuklahan yang
telah dibuat secara visual sebesar 80,85%. Proses klasifikasi ulang pada peta bentuk lahan tentatif dilakukan dengan digititasi ulang menggunakan bantuan citra sebelumnya yang digunakan untuk membuat peta bentuk lahan tentative.
Peta bentuk lahan hasil klasifikasi ulang menujukan perubahan yang cukup signifikan pada daerah Kabupaten Pangandaran bagian selatan,
sedangkan bagian utara menunjukkan tidak adanya sebuah perubahan bentuklahan hasil klasifikasi ulang. Hal tersebut dikarenakan
permasalahan lokasi uji sampel yang tidak dapat
mencakup daerah Kabupaten Pangandaran
bagian utara. Hasil bentuk lahan
klasifikasi ulang menunjukkan
bahwa luas area bentuklahan
solusional bertambah luas dan bentuklahan marin luasannya berkurang jika dibandingkan
peta tentatif sebelumnya.
Tim Peta Skala Kecil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar