Peta lereng yang dihasilkan merupakan hasil dari perhitungan ketinggian permukaan tanah atau elevasi
DEM/ DTM.
Data DEM/DTM merupakan data raster yang
berisi
tentang
ketinggian tempat dari sebuah datum. Prinsipnya peta lereng dapat dihasilkan berdasarkan
titik-titik ketinggian permukaan bumi yang
diperoleh dari
berbagai macam metode antara lain survey lapangan. Untuk area kajian yang termasuk luas yaitu se-Kabupaten Pangandaran dirasa metode tersebut kurang
efisien. Akhirnya data ketinggian permukaan tanah data DEM/DTM yang diukur dengan menggunakan metode seperti foto udara, LiDAR, citra satelit,
dan
lain-lain. Data yang digunakan adalah DEM yang diektraksi dari citra
Aster GDEM yang
memiliki resolusi spasial 30 m. Peta kemiringan lereng ini sebenarnya dapat digunakan
sebagai acuan dalam pengenalan aspek fisik Kabupaten Pangandaran antara lain bentuklahan
dan bencana terutama erosi yang dipertimbangkan bersama dengan jenis tanah.
Pembuatan peta kelerengan mengikuti SOP (Standard Operating Procedures) yang dikeluarkan oleh BIG (Badan Informasi Geospasial) pada tahun 2012, tentang
pengolahan data untuk pemetaan kemiringan lereng nomor 03.01.11.02. Secara umum
tahap pembuatannya dimulai dari gridding kemudian klasifikasi kelerengan hingga generalisasi.
Pembagian kelas lereng
dari
peta yang dihasilkan mengikuti pembagian klasifikasi menurut
van Zuidam
(1985). Skala yang
dihasilkan dari pembuatan peta lereng menggunakan citra
Aster GDEM ini yaitu 1:50.000. Peta kelerengan ini kemudian dilakukan uji ketelitian dengan
mengambil sampel di lapangan untuk mengetahui ketelitian dari citra Aster GDEM untuk area Kabupaten Pangandaran.
Peta lereng yang
dihasilkan yaitu berdasarkan DEM hasil ekstraksi citra Aster GDEM
memiliki residual error 12.13 %. Dimana residual error ini diperoleh dari rata-rata selisih
antara data pada peta dan hasil pengukuran lapangan.
Nilai ini dipengaruhi oleh tingkat
kedetailan data
DEM
yang digunakan banyak mengandung lereng-lereng minor sehingga di
lapangan tidak terlihat lerengnya
sesuai pada DEM.
Sebab lain dari adanya residual error adalah konsep pengukuran di lapangan yang
masih memiliki beberapa kekurangan seperti
dalam menentukan lereng mayor dan kemiringan lereng yang
dijadikan sebagai hasil
lapangan. Hasil pengukuran di lapangan seharusnya merupakan nilai
paling terjal
diantara beberapa hasil pengukuran terhadap
lereng yang ada di sekitar titik sampel.
Hasil Peta Lereng Kabupaten Pangandaran setelah dilakukan uji akurasi menunjukkan bahwa hampir seluruh
kecamatan memiliki kemiringan lereng yang sangat bervariasi. Paling
utara, Kecamatan Mangunjaya memiliki relief datar dengan didominasi kemiringan antara
0 sampai 8%. Kecamatan Padaherang yang terletak di Selatan Kecamatan Mangunjaya terbagi
menjadi
2 zona, zona
dengan kemiringan lereng antara 0 sampai 8% dan zona dengan
kemiringan lereng antara 15 sampai 25%. Perbedaan kemiringan lereng ini dipisahkan
oleh adanya patahan mayor
yang melintang dari selatan ke utara Pulau Jawa. Pada Kabupaten Pangandaran bagian tengah (Kecamatan Parigi, Sidamulih, Pangandaran) yang
dekat dengan langsung
dengan laut, memiliki kemiringan lereng yang cenderung datar dan didominasi
kemiringan antara 0% sampai 8%.
Kemiringan lereng terbesar terdapat di Kecamatan Langkaplancar yang didominasi
kemiringan antara 45% sampai 100% yang mengindikasikan area tersebut sangat terjal. Secara umum Kabupaten Pangandaran terbagi menjadi 2 zona
besar. Zona
dengan kemiringan antara 0 sampai 25%, yang
terdapat di sebelah utara dan sebelah selatan yang berbatasan langsung dengan laut. Dan, zona dengan kemiringan diatas 25% yang terdapat
pada Kabupaten Pangandaran bagian tengah dan barat. Kemiringan lereng ini bisa
dijadikan salah
satu parameter dalam identifikasi bentuklahan di Kabupaten Pangandaran. Jika diambil
transek dari utara ke selatan hingga tombolo dan cagar alam maka akan didapatkan profil
yang membentuk cekungan, tinggi dari utara rendah di area tombolo dan naik lagi pada area
cagar alam. Hal ini juga dapat diidentifikasi pada area cekungan mengenai mata air yang ada,
dimungkinkan cukup melimpah tetapi rotasi air tanah cukup rendah.
Tim Peta Skala Kecil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar